Sepertiga malam hariku yang
kulewati dengan hening. Entah harus berbuat apa lagi dan berkata apa lagi. Aku
hanya ingin diam, mengunci rapat rapat bibirku. Saat ini kurang lebih pukul 01.00
dini hari. Kubiarkan asap rokok terhembus dari bibir keringku dan memenuhi
setiap rongga rongga kamar, dan kubiarkan emosiku mereda setelah sedari tadi
aku terus bergumam dan terus menggerutu tanpa henti tentang rasa pedih hati
yang mendera. Aku pastikan itu menyakitkan, sangat menyakitkan. Aku telah
dikhianati, untuk yang kesekian kali dan untuk kali ini benar benar sangat
menyakitkan. Rasa yang sungguh entah bagaimana aku menafsirkan, sakit yang
entah bagaimana harus aku luapkan.
Aku benci seperti ini, aku benci
dikhianati, aku takut, dan aku bodoh! Bodoh karena telah mencintai seseorang
yang masih selalu berkutat dengan masa lalunya. Bodoh karena telah memberikan
hampir seluruh rasa percayaku padanya, seseorang yang bahkan tidak sungguh
sungguh untuk menjaga dengan segenap hati kepercayaan yang telah aku berikan.
Aku benci seperti ini, aku benci aku adalah aku, dan kamu adalah kamu yang
telah sampai hati memecahkan kepingan demi kepingan hati ini lagi. Hatiku? Jika
kau tanya bagaimana hatiku, aku sama sekali tidak tau harus menjawab apa.
Mungkin hanya tergores sedikit, atau hancur tak berbentuk. Aku bahkan tidak
bisa merasakan hatiku lagi, seperti mati rasa untuk segala bentuk rasa yang
panca inderaku respon.
Tuhan, haruskah semua menjadi
seperti ini? Kau maha segalanya Tuhan, Kau maha adil. Lalu adilkah jika
keadaannya seperti ini? Tuhan mohon dengar jeritan hati yang tertahan ini, aku
hanya ingin mendapat pendamping yang selalu setia Tuhan. Apakah itu susah untuk
Kau wujudkan? Mungkin aku memang bukan pribadi yang baik dan taat Tuhan, Kau
tahu itu. Tetapi apakah harus kau jadikan kisahku seperti ini Tuhan? Aku pernah
sepenuh hati mencintai, dan semuanya hancur, apakah untuk kisah yang sekarang
ini akan kau hancurkan juga Tuhan? Maaf Tuhan jika aku lancang menegur-Mu, tapi
semua itu karena aku percaya pada-Mu Tuhan, atau setidaknya aku masih memiliki
iman untuk mempercayai kebesaran-Mu Tuhan. Dengan segala kerendahan hati ini
aku berserah Tuhan.
Kau tahu betapa aku sangat
mencintainya Tuhan, bahkan seluruh orang mungkin tahu betapa aku sangat takut
untuk kehilangan dirinya. Aku tahu caraku salah dalam memperlakukannya, aku
bukan pribadi yang lunak, tapi segalanya telah aku lakukan Tuhan, dengan
caraku. Aku tetap setia dibalik amarahku, aku selalu menjadikan dia yang
pertama dan satu-satunya dibalik keegoisanku, dan aku tetap menjadikan dia
kekasihku dibalik semua godaan. Apakah itu adil menurut-Mu Tuhan? Hingga dia
benar benar mengkhianatiku dengan sangat, apakah itu masih tetap terlihat adil
Tuhan?
Untukmu dengan penuh kebencian,
Apriliani Sundari kekasihku. Maaf jika selama ini aku selalu salah dimatamu.
Maaf jika selama ini aku terlalu egois, terlalu memaksakan kehendakku, terlalu
mengekangmu, terlalu sering menyakitimu, maaf jika belum selalu bisa memberikan
yang terbaik untukmu. Dan maaf jika ternyata aku tidak pantas bersanding
disisimu. Hanya pada tulisan ini ku ungkapkan hampir seluruh isi hatiku yang
ingin aku ungkapkan. Maaf, mungkin hanya sebatas ini, hanya bisa melalui
tulisan ini, karena aku tahu aku akan menyampaikan dengan cara yang salah jika
melalui lisan dan tutur kataku ini. Maaf untuk waktu yang singkat ini, cinta
tidak pernah salah, tetapi terkadang cinta datang pada waktu yang salah.
Mungkin saat ini hatimu ada padanya, seseorang yang lebih segalanya dibanding
aku, aku menyadari itu dengan sisa kesadaran yang masih aku punya malam ini.
Jika memang benar, biarkan cintamu menemukan jalannya dengan sendirinya.
Sedangkan aku? Tidak ada yang
perlu kamu khawatirkan. Bukankah aku lelaki hebatmu? Aku Nanda Rizky Pradana
yang akan selalu menjadi lelaki hebatmu, yang akan selalu menyayangimu dengan
caraku. Jadi tidak usah ada yang kau khawatirkan lagi sayang, karena sampai
kapanpun aku masih tetap akan menjadi lelaki hebatmu, bahkan sampai nanti
sampai Tuhan meratakan dunia ini, aku tetap Nanda Rizky Pradana yang kamu kenal,
lelaki hebatmu.
Purwokerto,
02 Oktober 2013
With Love (always)
Nanda Rizky Pradana